Menulis Kreatif

Home / Opini

Senin, 14 Juli 2025 - 06:00 WIB

Kondisi Ekonomi Dikuesioner

Wabup Indramayu Syaefudin dan Bupati Indramayu Lucky Hakim

Wabup Indramayu Syaefudin dan Bupati Indramayu Lucky Hakim

TJIMANOEK.COM – Bagaimana bisa kondisi ekonomi suatu daerah dinilai dari hasil kuesioner? Apalagi tidak semua paham apa itu daya beli, distribusi, dan hal lainnya yang menyangkut perekonomian. Apa jadinya semua hal yang harus dihitung dengan rumus pasti (dibaca ada hitung-hitungannya) dicari kesimpulannya secara kuesioner?

Center for Survey and Data Analysis atau Cesda melakukan survei mengenai 100 Hari Pemerintahan Lucky Hakim-Syaefudin sebagai Bupati dan Wakil Bupati Indramayu. Survey tersebut mengenai berbagai indikator, yakni tingkat kepuasan publik kepada Lucky Hakim dan Syaefudin, kondisi ekonomi, dan program prioritas.

Direktur Eksekutif Cesda, Hadi Kusmanto menyebutkan, tingkat kepuasan kinerja terhadap Bupati Indramayu Lucky Hakim mencapai 58,5%. Sangat puas 9%, cukup puas 49,5%, kurang puas 22,5% dan tidak puas 4%.

Sedangkan, tingkat kepuasan publik pada Wakil Bupati Indramayu Syaefudin lebih rendah, yakni 51,75%. Sangat puas 6%, cukup puas 45,75%, kurang puas 24,75%, dan tidak puas 6,25%.

Bukan hanya itu, Cesda membeberkan hasil surveinya mengenai program perioritas Bupati dan Wakil Bupati Indramayu yang dikenal sebagai Indramayu REANG (Religius, Ekonomi Kerakyatan, Aman, Nyaman, dan Gotong Royong).

Disebut, program prioritas Petani Sejahtera 30%, Indramayu Mengaji 26,3%, Indramayu Hijau 5,6%, dan Smart Governance 6,3%. Dari 14 program prioritas Lucky Hakim-Syaefudin, 10 di antaranya tidak disebutkan.

Metode dan Responden

Survei yang dilakukan Cesda mengandalkan metode Simple Random Sampling berbasis nomor ponsel 400 orang warga Indramayu dari seluruh Kecamatan (sekitar 31) di Kab Indramayu. Jumlah respon tersebut terdiri dari laki-laki sebesar 45% dan perempuan 55%.

Kemudian, Cesda mengungkapkan, tingkat pendidikan responden dari Sekolah Dasar (SD) 37%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 18%, Sekolah Menengah Atas (SMA) 40%, Diploma 1%, dan Sarjana (Strata 1) 5%. 

Yang menarik adalah pekerjaan dari 400 orang responden tersebut mayoritas Ibu Rumah Tangga (IRT) dan Pengangguran sebesar 36%, sedangkan, Pedagang 24%, Wiraswasta 16%, Buruh 7%, dan Petani 13%.

Apabila mencermati data Cesda di atas, rata-rata responden itu hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SMA. Kemudian disusul oleh lulusan SD 37% dan SMP sebesar 18%. Terlebih lagi, penggunaan data survei adalah masyarakat yang rata-rata berkerja sebagai IRT dan Pengangguran.

Baca Juga:  Satuan Kerja Perangkat Daerah Indramayu Didominasi Pelaksana Tugas Sampai Rangkap Jabatan

Sementara itu, Cesda menyebut Margin of Error (MoE) survei sebesar 4.9% dengan tingkat kepercayaan besar sekali 95%. Angka MoE sebesar tersebut merupakan angka toleransi yang besar di dalam sebuah survei. Biasanya, rata-rata survei, MoE pada angka 1% hingga 2% saja.

Kondisi Ekonomi

Cesda, Lembaga Survie yang berada di Jalan Perjuangan III By Pass, Sunyaragi, Cirebon, Jawa Barat, menyebutkan, kondisi ekonomi 100 Hari Lucky Hakim-Syaefudin cukup baik, akan tetapi problematik. Jadi dalam kondisi baik atau problematik?

Menurut Cesda, ada empat masalah yang paling banyak disebut oleh responden, yaitu: kemiskinan 23,9%, sulit mencari kerja 22,9%, jalan rusak 14,4%, dan mahalnya harga kebutuhan pokok 12,7%. Dari masalah-masalah tersebut, memang soal kemiskinan di Indramayu menjadi paling populer.

Lantas berapa persen persentase kondisi ekonomi 100 Hari Lucky Hakim-Syaefudin versi Cesda yang dilakukan secara kuesioner? Kondisi ekonomi disimpulkan cukup baik dengan persentase cukup besar yakni, 78,75%. Tak tanggung-tanggung angka yang diperoleh dari survei Cesda tersebut.

Kesimpulan Cesda

Survei 100 Hari Lucky Hakim-Syaefudin itu berkesimpulan lima poin, yakni pertama, konidisi ekonomi dinilai cukup baik, meski banyak keluhan struktural. Kedua, kemiskinan dan pengangguran menjadi dua persoalan besar yang dirasakan masyarakat ini.

Ketiga, program-program prioritas belum tersosialisasi dengan maksimal. Keempat, kinerja Bupati dan Wakil Bupati Lucky Hakim-Syaefudin dikategori “kurang baik atau kurang memuaskan”. Terakhir, kelima, Pendukung sendiri mengalami ketidak puasaan signifikan.

Berdasarkan hal itu, penulis menilai bahwa kondisi ekonomi tidak dapat diambil kesimpulannya dari survei berbasis kuesioner. Apalagi responden dari cesda merupakan masyarakat Indramayu yang belum tentu mengerti akan persoalan ekonomi.

Terlebih, apakah Cesda dapat memastikan pengguna nomor ponsel tersebut benar-benar orang Indramayu yang menetap di daerahnya. Sebab, nomor ponsel saat ini dapat digunakan kembali oleh orang lain karena sebelumnya hangus misalkan.

Baca Juga:  Rempang Menulis Air Mata Luka Nestapa dalam Sejarah Kelam (Studi Kasus Proyek-PSN-Rempang Eco City-Xyni-China) Bagian 4 dari 4 Tulisan

Contoh lainnya yang membuat nomor ponsel itu masih harus dipertanyakan, yaitu identitas kartu yang sangat mungkin bukan merupakan informasi data diri yang sebenarnya. Konter-konter bisa sangat mudah mendapatkan Kartu Keluarga untuk mengisi identitas dari kartu atau sim card.

Pada tayangan video dengan judul “Hasil Survei Ngawur ‘Pelipur Lara’ 100 Hari Lucky-Sae Indramayu Reang”, menyatakan bahwa kondisi ekonomi suatu negara atau dalam hal ini daerah, tentu harus ada rumus perhitungannya guna mengetahui, apakah laju pertumbuhan ekonomi itu baik atau tidak.

Misalnya, untuk menghitung laju pertumbuhan suatu negara dapat menggunakan rumus Produk Domestik Bruto (PDB), yakni PDB Akhir – PDB Awal dibagi 100 X 100. Contoh: 105-100 : 100 X 100 sama dengan 5%. Artinya, hasil sebesar 5% adalah laju pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Dalam suatu daerah, bisa digunakan rumus Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Di dalam PDRB ada tiga pendekatan umum, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.

Pertama, pendekatan produksi dapat digunakan rumus Y = NTB1 + NTB2 + …. Y adalah pendapatan, NTB adalah nilai tambah dari setiap sektor ekonomi. Kedua, pendekatan  pendapatan dengan Y = r + w + i + p, dimana r adalah sewa, w upah, i investasi, dan p profit. Ketiga, pendekatan pengeluaran Y = C + G + I (X-M) dengan keterangan Y adalah pendapatan nasional, C konsumsi rumah tangga, G pengeluaran pemerintah, I investasi, X ekspor, dan M adalah impor.

Bukan digantungkan pada responden dengan kuesioner “Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang kondisi ekonomi di Kab. Indramayu saat ini (100 Hari Pemerintahan Bupati Lucky)?”, apalagi responden tidak dapat dipastikan domisili atau tempat tinggalnya.

Bahkan yang lebih mengerikannya, sebesar 36% dari 400 orang responden merupakan IRT dan Pengangguran. Bagaimana bisa nasib ekonomi saat ini diserahkan pada mayoritas lulusan SMA dan pengangguran. Terlampau ngawur untuk mengetahui kondisi ekonomi dengan tanya jawab, dimana nanti bisa saja terjadi angka kemiskinan diperoleh dari kuesioner: Apakah Bapak/Ibu saat ini dalam kondisi miskin?

PANJI PURNAMA

Share:

Baca Juga

Nina Agustina, Bupati Indramayu, warna merah,

Opini

Apa-apa Merah
Oushj dialambaqa, dirut pdam, penyair singaraja,

Opini

Rempang Menulis Air Mata Luka Nestapa dalam Sejarah Kelam (Studi Kasus Proyek-PSN-Rempang Eco City-Xyni-China) Bagian 1 dari 4 Tulisan
oushj, oushj dialambaqa, oo, pkspd, kritik,

Opini

Ketimuran, Keadaban dan Keberadaban Kita (Studi Kasus Rocky Gerung: Bajingan-Tolol dan Pengecut) Bagian 1 dari 5 Tulisan
timnas indonesia, sepak bola indonesia, garuda muda, aff suzuki cup 2020,

Olahraga

Timnas Indonesia
Oushj dialambaqa, dirut pdam, penyair singaraja,

Opini

Rempang Menulis Air Mata Luka Nestapa dalam Sejarah Kelam (Studi Kasus Proyek-PSN-Rempang Eco City-Xyni-China) Bagian 2 dari 4 Tulisan
oushj dialambaqa, pkspd, pkspd indramayu, kantor pkspd, singaraja,

Hukum

Rocky Gerung Dilarang Berbicara Seumur Hidup (Studi Kasus Gugatan Perdata ADT-Perkomhan-DPP.TMP-PDIP) Bagian 1 dari 5 Tulisan
polusi, polisi udara, polusi jakarta, cerobong asap, cerobong pabrik, cerobong pltu, sumber polusi,

Opini

Pencemaran Udara: Pengendalian, Penegakan Hukum, dan Peran Masyarakat
oushj dialambaqa

Opini

Bupati Nina dan Pakta Integritas Kuwu