TJIMANOEK.COM, Indramayu – Masyarakat Indramayu sudah mulai mencium aroma tidak sedap hubungan Bupati Indramayu Nina Agustina dengan Wakil Bupati Indramayu Lucky Hakim.
Menurut data yang dihimpun oleh tjimanoek.com, Wabup Lucky tidak pernah mewakili Bupati Nina dalam rapat bersama DPRD Kabupaten Indramayu. Selain itu, Lucky juga tidak terlihat bisa memaksimalkan kerja-kerjanya sebagai wakil bupati.
Aroma tidak sedap tersebut didukung oleh beberapa fakta, salah satunya, yakni foto spanduk. Di depan alun-alun maupun di tempat lainnya, foto spanduk hanya memperlihatkan Bupati Nina saja tanpa Wabup Lucky. Hal itulah yang kemudian menjadi suatu keanehan. Publik atau masyarakat bertanya-tanya mengenai itu, bagaimana hubungan keduanya?
Lantas apa sebenarnya yang terjadi antara Nina dengan Lucky? Padahal diawal kampanyenya terlihat sangat kompak dan harmonis.
Wakil Bupati Indramayu, Lucky Hakim dalam komentar di media sosial miliknya mengatakan, dirinya tidak diberikan akses informasi pemerintahan maupun rencana-rencana kerja oleh Bupati Nina.
“Permohonan maaf saya atas keterbatasan saya yang pada kenyataannya saat ini hanya sebagai wakil saja. Tidak diberikan informasi alur pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan rencana-rencana kerja,” tulis Lucky dalam menanggapi keluhan masyarakat beberapa waktu yang lalu.
Menurut Direktur Pusat Kajian Strategis Pembangunan Daerah O’ushj Dialambaqa, hubungan tidak harmonis keduanya adalah fakta dan realita yang tidak bisa dibantah.
“Hubungan tidak harmonis dalam Pendopo antara Bupati dengan Wakil Bupati itu adalah fakta dan realitas yang tak terbantahkan. Itu bisa kita baca dalam fb (facebook) Lucky Hakim menjelaskan keluhan warga Dadap yang jalannya rusak yang disampaikan Defry, dan penjelasan Wakil Bupati itu sungguh gamblang, bahwa dirinya hanya sebagai ‘patung hidup’ dan atau Wakil Bupati dalam pengasingan politik Pendopo,” jelas O’ushj Dialambaqa kepada tjimanoek.com di Indramayu, Rabu, 9 Februari 2022.
“Salah satu anggota Fraksi PDIP Liyana dalam paripurna pengusulan hak interpelasi Dewan dengan mengatakan bahwa hubungannya baik-baik saja dan itu tidak benar jika dikatakan tidak harmonis adalah bentuk menyelamatkan muka Bupati dan atau bentuk kedunguan membaca fakta dan realitas yang tak bisa terbantahkan lagi,” imbuhnya.
O’ushj kemudian mencoba membaca hubungan Bupati Nina dengan Wabup Lucky menggunakan pisau analisis dari Sigmund Freud. “Bupati Nina jika ditilik dari pendekatan teori psikoanalisisnya Sigmund Freud, memberi kesimpulan pada kita bahwa Bupati Nina merasa dihantui matahari kembar dalam Pendopo,” terangnya.
“Jika itu yang terjadi dan menguat, maka itu sudah masuk dalam stadium power syndrome, atau fenomena tersebut bisa sebagai pubertas kekuasaan,” ucap O’ushj.
Menurut O’ushj, apabila pubertas kekuasaan itu dibiarkan akan merusak tatanan demokrasi. “Jika itu dibiarkan, tentu akan merusak tata kelola pemerintahan dan merusak tatanan sosial, dan menjadi bencana demokrasi. Itu soalnya,” katanya.
“Agar stadium power syndrome atau pubertas kekuasaan itu bisa dihentikan, tentu peran civil society (masyarakat sipil) kritis perlu menguat dan harus menjadi watchdogs untuk mengawal Bupati tidak sehendak seleranya sendiri, jika ternyata Dewan tidak bisa diharapkan jadi watchdogs,” pungkas Direktur PKSPD O’ushj Dialambaqa kepada tjimanoek.com, Rabu (9/2/2022).
Diketahui, momen terakhir keduanya terlihat bersama adalah pada saat upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2021 di Pendopo Indramayu, Jalan Mayjen Sutoyo No. 1/E, Indramayu, Jawa Barat.
(TJ-99 / TJIMANOEK)