Menulis Kreatif

Home / Daerah / Opini / Politik

Senin, 23 September 2024 - 12:21 WIB

Pemenang Pilkada Indramayu 2024

Para paslon melakukan cek kesehatan di RS Hasan Sadikin Bandung, Sabtu, 31 Agustus 2024. (Foto: KPU Indramayu).

Para paslon melakukan cek kesehatan di RS Hasan Sadikin Bandung, Sabtu, 31 Agustus 2024. (Foto: KPU Indramayu).

TJIMANOEK.COM – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tahun 2024 akan dilaksankan pada 27 November mendatang, secara serentak. Di Kabupaten Indramayu, ada tiga Calon Kepala Daerah (Cakada): Nina-Tobroni (PDIP, PKB, Demokrat, dan Perindo), Lucky Hakim-Syaefudin (NasDem, PKS, Partai Buruh, Gelora, PBB, Hanura, dan PKN), dan Bambang-Kasan Basari (Gerindra dan Golkar).

Satu dari tiga pasangan calon (paslon) itu merupakan incumbent atau petahana yang terpilih pada Pilkada 2020, yakni Nina Agustina sebagai Bupati Indramayu dan Lucky Hakim, Wakil Bupatinya. Akan tetapi, Lucky mengundurkan diri di bulan Februari 2023—hanya dua  tahun. Alasannya tidak bekerja sesuai sumpah jabatan, apalagi ia harus menerima gaji dari uang rakyat tanpa mengeluarkan keringat.

Seperti apa yang kita sudah ketahui, mereka (dibaca: Nina-Lucky) saling berhadapan untuk merebut kursi sebagai orang nomor satu di Indramayu. Alhasil, Nina dan Lucky merupakan kawan menjadi lawan di Pilkada Kab. Indramayu 2024. Padahal, dari sisi Lucky, dirinya sudah terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Daerah Pemilihan (Dapil) 12—Indramayu, Kab. Cirebon, dan Kota Cirebon.

Dari rivalitas keduanya ditambah paslon lain, siapakah yang akan menang dalam kontestasi Pilkada Indramayu 2024? Setidak-tidaknya pertanyaan itulah yang kerap dilontarkan di warung kopi pada tahun politik sekarang ini. Sebab, entah faktor apa, politik daerah akan selalu menarik dibincangkan, sekalipun bersama dengan orang yang tidak terkualifikasi (bukan pengamat) di bidang politik. Tapi, analisisnya cukup masuk akal untuk didengar.

Mari kembali pada pertanyaan besarnya, siapa pemenangnya? Ayo kita telisik fenomena sosial politik saat ini. Tiga paslon, satu petahana, satu mantan wakil petahana, satu nama baru. Tentu, pihak petahana ingin tetap mempertahankan kekuasaannya. Namun, kawannya yang saat ini menjadi lawan mempunyai elektabilitas cukup tinggi—di pilkada 2020 dianggap sebagai pendompleng petahana, Bupati Nina.

Pihak ketiga, anggaplah seperti itu, merupakan paslon dari partai pemenang pileg 2024 di Kab. Indramayu, yaitu Golkar dan Gerindra. Ketiga paslon tersebut akan merebut suara dari total 1.390.569 (DPT Tahun 2024) yang telah ditetapkan oleh KPU Indramayu. Meskipun tiap paslon mempunyai keunggulang masing-masing, tetap segala kemungkinan di politik bisa terjadi (politics is the art of the possible).

Jawaban dari pertanyaan itu adalah tidak ada keterangan lain, selain Bupati Nina atau incumbent sebagai pemenang pada kontestasi Pilkada 2024. Mengapa dapat dikatakan demikian? Karena dari tindak tanduk politik bupati terlihat dengan mata telanjang sudah melakukan berbagai upaya untuk siap menang melawan siapapun pada kontestasi politik 2024.

Baca Juga:  Budayawan Gugur dalam Kenistaan (Studi Kasus Puisi Butet Kartaredjasa)

Bayangkan, hingga saat ini Bupati Nina belum mengundurkan diri sebagai Bupati Indramayu. Sedangkan, dia sudah resmi mendaftarkan diri dan ditetapkan sebagai peserta politik Pilkada 2024 berpasangan dengan Tobroni. Maka, pada saat yang sama, Bupati Nina masih memiliki kewenangan mengatur roda pemerintahan—berpeluang besar untuk menyelewengkan pengaruhnya.

Lalu bagaimana dengan rivals/saingannya? Yang dulu kawan, kini menjadi lawan, yaitu: Lucky Hakim. Menurut survei, Lucky masih mempunyai popularitas cukup tinggi di Kab. Indramayu (54,7% versi Lembaga Survei Indonesia). Apalagi ia sempat menjadi pembahasan publik karena mundur sebagai Wabup. Sudah sangat jelas, di atas kertas, untuk urusan elektabilitas, Lucky unggul dari yang lainnya. Meski dalam versi lain, elektabilitas Bupati Nina unggul sebesar 41,7% (survei dari PublicSensum Indonesia).

Calon lain yang memiliki elektabilitas tinggi belum tentu menang melawan Bupati Nina. Alasannya, pertama, apakah elektabilitas mampu mendorong kecenderungan masyarakat memilih Lucky Hakim? Ataukah tidak populer asal memberikan amplop (dibaca: money politics) atau rasdog?—seperti yang sering kita dengar sebagai Pork Barrel Politics, politik gentong babi.

Belum lagi faktor lain, seperti politik dibalik layar, dimana masyarakat tidak tahu sebetulnya sudah ada dealdealan antar elite politik. Si anu yang akan menang, si ini sebagai lawan boneka seolah-olah ada persaingan, ada kontestasi, dan lain-lain. Itu semua bukan hal yang tidak mungkin bukan?

Menurut kebiasaan, kita belum dewasa secara politik. Masyarakat masih mempunyai kecenderungan memilih karena amplop. Jadi ide dan gagasan calon masih belum dianggap penting. Apalagi mengenai etikabilitas dan moralitas—terlalu jauh berharap bahwa masyarakat paham mengenai itu dalam kurun waktu dekat (10 sampai 15 tahun).

Belum lagi, Pelaksana Tugas (Plt) yang sangat mungkin orangnya petahana atau Bupati Nina. Tentu, apabila prediksi sekaligus analisa ini benar, netralitas penyelenggara pemerintahan daerah seperti, Aparatur Sipil Negara (ASN), Aparatur Desa, dan tangan-tangan lainnya masih dipertanyakan (diragukan). Bukankah hal tersebut sangat mungkin dilakukan dan terjadi.

Baca Juga:  PKSPD: Bupati Nina, Omong Kosong 1 Hektar Sawah Menghasilkan 20 Ton Padi

Disadari atau tidak, Bupati Nina sering melakukan kegiatan yang mengundang masyarakat secara luas. Mulai dari blusukan ke desa-desa untuk melihat pembangunan jalan, nonton bareng, konser musik, sampai senam sehat bermartabat. Di sektor pendidikannya, tak kelewatan, Bupati Nina membagikan 1000 sepatu ke sekolah-sekolah, meskipun kini terungkap sepatu itu hasil dari setoran ASN/PNS eselon II, III, dan IV serta turunannya seperti: Sekmat, Kasi, Kasubag Umum dan Kepegawaian, Kasubag Keuangan, dan 167 PJ Kuwu (Oushj.dialambaqa, Bupati dan Kepalsuan Empati, demokratis.co.id, Selasa, 20 Agustus 2024).

Terlebih, adanya gerakan dua periode Bupati Nina yang dibantu oleh Bakul Banyu, rekarnasi dari Dirut PDAM TDA Kab. Indramayu Ady Setiawan yang turut serta mewarnai politik petahana. Bahkan, terpasang spanduk bergambar Ady dan Bupati Nina dengan tulisan “Dukung Bupati Kita 2 Periode”. Tak hanya sampai di situ, Dirut mengkonkretkan politik petahana dua periode dengan menyambangi rumah-rumah warga sembari membagi-bagikan kaos berwajah Bupati Nina dan botol minum (Dirut PDAM Indramayu Gencar Kampanye untuk Bakal Cabup Nina Agustina, Dua Periode?, tjimanoek.com, Selasa 23 Juli 2024).

Lantas pertanyaan keduanya yakni, adakah cara untuk melawan petahana? Jawabannya tentu ada. Ucapkan saja bahwa Bupati Nina gagal sebagai pemimpin dalam tata kelola pemerintahan daerah—interpelasi, 1 hektar sawah menghasilkan 20 ton padi, IPM 6.9 (disebut naik menjadi 7.0), stunting turun hingga 50%, ekonomi meroket sampai 9,76% (Oushj.dialambaqa, Bupati dan Kepalsuan Empati, demokratis.co.id, Op.cit), tapi di sisi lain menjadi Kab/Kota termiskin se-Jawa Barat.

Banyak hal yang dapat diucapkan kompetitor terhadap petahana dalam Pilkada sekarang ini. Seharusnya, kita melihat mereka mempunyai keberanian untuk mengoreksi setiap kebijakan yang ada, termasuk 10 program Indramayu Bermartabat. Sebab, ide dan gagasan harus diucapkan sebagai representasi isi kepala untuk perubahan yang konkret, baik dalam bidang ekonomi maupun infrastruktur.

Harapannya, dialektika dan diskursus publik akan semakin cair yang berdampak pada masyarakat agar terdidik secara politik. Mau memilih karena ide dan gagasan, bukan faktor rasdog dan/atau amplop yang menjadi pertimbangan untuk mencoblos. Sehingga, etikabilitas dan intelektualitas tidak akan termakan oleh politik rasdog dan amplop.

Pilihan Editor: Bakul Banyu Reinkarnasi Dari Dirut PDAM, Bermain Politik Elektoral Bupati Nina 2 Periode

PANJI PURNAMA

Share:

Baca Juga

pertamina, pertamina balongan, ledakan kilang, pertamina indramayu,

Daerah

Komisi VI DPR Lakukan Kunker ke Pertamina Balongan
ui, universitas indonesia, kampus, kampus indonesia,

Daerah

Soal Minyak Goreng, BEM UI: Pak Jokowi, Rakyatmu Terbunuh Akibat Minyak Goreng
nina, bupati nina, upacara indramayu, nina agustina, bupati indramayu, HUT RI ke 77,

Daerah

Upacara HUT RI ke-77 Tanpa Wabup Indramayu Lucky Hakim, Kemana Rimbanya?
panji purnama, catatan panji purnama, panji, catatan panji p,

Hukum

Surat untuk Bupati Indramayu
nina agustina, maruf amin, tito karnavian,

Daerah

Indramayu Masuk Perioritas Penuntasan Kemiskinan Pemerintah Pusat
kejari indramayu, indramayu ajie, kejaksaan negeri indramayu, kajari indramayu, kajari indramayu ajie prasetya, kejaksaan, jaksa, jaksa indramayu, masalah ajie prasetya,

Daerah

Soal LKTI HBA ke-62, Kejaksaan Negeri Indramayu Sebut Keliru Permasalahkan Kajari Ajie Prasetya
kejati jabar, kasus rth jatibarang,

Daerah

Proyek RTH JTB, Minimal Ada 9 Orang Dijadikan Tersangka oleh Kejati
bimtek, kades seindramayu, kades indramayu, kepala desa, kuwu indramayu, nina agustina, bupati indramayu, acara indramayu di yogyakarta,

Daerah

Kegiatan Wartawan dan Bimtek Kades Seindramayu Habiskan APBD Hampir 1 Miliar, Bupati Nina Lagi-lagi Melanggar Aturan