TJIMANOEK.COM, INDRAMAYU – Bupati Indramayu Nina Agustina sempat sesumbar ingin sulap bau sampah TPA Pecuk menjadi bau ‘duit’ seperti yang pernah diberitakan oleh tjimanoek.com pada, Jumat, 16 Desember 2022 lalu.
Dalam kunjungan Bupati Nina ke TPA Pecuk, Sindang, Indramayu, Kamis, 15 Desember 2022, mengatakan bahwa pihaknya ingin memanfaatkan sampah sebagai energi Pembangkit Tenaga Listrik (PTL). “Yang direncanakan adalah tetep bagaimana untuk memberesin tempat pembuangan akhir ini. Jangan sampai dijadikan masalah ataupun problema,” kata Bupati Indramayu Nina Agustina di lokasi TPA Pecuk, Kamis, (15/12/2022).
“Kan biasanya bau sampah, sekarang bau duit nanti,” ucapnya.
Saat ini tersiar kabar bahwa Bupati Nina berencana memanfaatkan sampah TPA Pecuk untuk bahan bakar pengganti batu bara dengan metode Refuse Derived Fuel (RDF) di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Dari RDF itu diklaim akan menampung dan atau memproses sebanyak 300 ton perhari.
Sebetulnya, rencana RDF pada sampah Pecuk bukan datang tiba-tiba. Sebelumnya, Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kab. Indramayu Indra Mulyana mengungkapkan pemerintah daerah sedang memperioritaskan RDF Plan dari Kementerian PUPR RI.
“Sekarang kita prioritaskan rencana pembangunan RDF Plant dari Kemen PUPR yang akan dibangun di tahun 2024, untuk tahun ini 2023 kegiatannya pematangan lahan, FS dan Basic design,” kata Indra Mulyana, Camat Indramayu merangkap Plt. Kadis LH dikutip dari tjimanoek.com, Senin (20/3/2023).
Dilansir dari berbagai sumber, Kementerian PUPR telah menyiapkan anggaran sebesar Rp110 milir untuk proyek tersebut. Diketahui, pemerintah daerah Kab. Indramayu juga telah menyiapkan TPST di lahan seluas 1,3 hektare di dekat TPA Pecuk.
Direktur PKSPD, O’ushj Dialambaqa berkali-kali mengatakan, dirinya pernah membantu komunitas untuk memanfaatkan sampah Pecuk. Bahkan, O’ushj katakan, teknis pengolahan dan pengaruh penyerapan tenaga kerja sudah dikalkulasikan.
“Beberapa tahun lalu kaum disabilitas datang ke PKSPD persoalan sampah di TPS Pecuk. PKSPD buatkan proposalnya, kasih saran dan solusi pengolahan hingga teknisnya bahkan dampak penyerapan tenaga kerjanya,” kata O’ushj.
“Jadi jika mau ngatasi masalah, bukan dengan mendatangkan masalah baru. Jadi waste to energy dan RDF tak lebih hanya sebagai proyek semata. Nah ini namanya negeri ngawur,” tegasnya.
Oo kembali menegaskan, solusi dari pemanfaatan sampah TPA Pecuk itu dapat dipisahkan dalam dua hal, yakni sampah organik dan sampah non organik. Menurutnya, jangan sampai pemerintah daerah mengatasi masalah dengan masalah yang baru.
“Solusi yang paling tepat adalah sampah diolah menjadi pupuk organik cair dan padat dari sampah organik tentunya, dan sampah non organik seperti plastik-plastikan bisa didaur ulang untuk industri kecil, pembuatan pot bunga, ember plastik dan seterusnya atau bisa juga dibuat paping blok dan sejenisnya, jika mau menyelesaikan problem sampah, bukan kemudian dengan RDF menjadi pengganti batu bara untuk PLTU,” jelasnya.
Sebagai informasi, saat ini telah terjadi perubahan iklim akibat efek rumah/gedung kaca dan pemanasan global di seluruh dunia. Seperti yang kita ketahui, di berbagai negara termasuk Indonesia, mengalami apa yang disebut El Nino. Hal itu berdampak pada kenaikan suhu permukaan laut di bagian timur Samudra Pasifik yang akan berpotensi menurunkan produksi padi dan mengganggu stabilitas harga pangan.
TJ-1 / TJIMANOEK